FT. Kis. PR. 20:17-38,
Nats Pemb. Kis.PR. 1:58
Dalam kehidupan
nyata, perpisahan adalah sebuah realita kehidupan secara fisik dan biasanya
menimbulkan berbagai perasaan sebagai wujud kemanusiaan kita. Antara lain, menimbulkan
rasa sedih, rasa ditinggalkan, dst. Itulah sebabnya ada ungkapan yang
mengatakan:”Yang perlu disesalkan bukanlah perpisahan, melainkan pertemuan”.
Artinya,
jika kita tidak ada perjumpaan, maka jelas tidak terjadi perpisahan.
Namun dalam konteks Firman Tuhan yang kita baca hr ini, perpisahan itu bukan
perkara yang hrs disesali, karena memiliki arti penting bagi hidup dan
persekutuan kita sebagai anak-anak Allah.
Ada beberapa
pokok pikiran :
1.
Secara Fisik
Perpisahan
secara fisik mendatangkan rasa kehilangan. Dikatakan :” Dan sekarang aku tahu
bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi ....” (ay. 25).
Perpisahan
secara fisik mendatangkan rasa sedih yang mendalam, Dikatakan :”Mereka sangat
berdukacita, terlebih-lebih karena ia katakan bahwa mereka tidak melihat
mukanya lagi...” (ay. 38).
2.
Secara Rohani
a.
Pesan & nasihat PAULUS terhadap para penatua.
Yaitu agar mrk
menjaga diri & sekaligus menjadi jemaat Allah (ay. 28). Para penatua
memiliki tugas & tanggung jawab untuk menjaga pertumbuhan & kelangsungan
iman jemaat. Jadi selain harus menjaga kawanan domba, jangan sampai tidak
menjaga imaan sendiri. Para penatua mempunyai tanggungjawab yg berat krn harus
melakukan 2 perkara yg tdk terpisahkan dlm wkt yg sama.
-
Kedalam diri sendiri hrs menjaga iman pribadi
-
Ke luar hrs menjaga, melindungi semua jemaat terhadap
pengajar & ajaran palsu/penyesatan (ay. 29)
b.
Pesan & nasihat PAULUS terhadap semua jemaat Allah.
Jagalah dirimu
(ay. 28a). Paulus memberikan contoh dari kesaksian hidup & pelayanannya
sendiri.
-
Paulus bersikap rendah hati (19a)
-
Paulus menangisi jiwa-jiwa yg sesat (19b)
-
Paulus setia melakukan tugas & tanggungjawabnya (20)
-
Paulus berani bersaksi (20)
-
Paulus taat dan telah memelihara iman sampai mati (22 –
24)
0 comments:
Post a Comment